Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Apa Namanya?

Apa namanya tempat kayu tertanam menjadi pohon? Apa namanya tanah mulianya lebih dari emas? Apa namanya belahan bumi sahaja manusia dipijaknya? Apa namanya senyum manis yang terkenang hingga kepangkuan pertiwi? Apa namanya si kulit hitam manis dengan tatapan malu? Apa namanya ikan berenang ria ditelapak tangan?

Janji Masa Lalu

Beberapa saat lalu, satu kalimat terbesit dibenakku. Kalimat ini; sebelumnya, bukanlah kalimat yang begitu istimewa. Hingga kemudian kuputuskan untuk memaknainya. "Berdamai dengan masa lalu". Masing-masing dari kita selalu saja merasa kita memiliki masa lalu yang dengannya pula kita harus berdamai. Kesalahan demi kesalahan selalu saja mengambil celah untuk mengisi pribadi ini, entah itu melalui sendi-sendi kehidupan, melalui jeda antara embusan nafas kita atau bahkan hadir diantara jeda pergantian detik jam dinding. Apapun itu kita selalu saja merasa memiliki masa lalu atau tepatnya janji kehidupan yang harus kita bayar lunas.

Mencari Jalan Pulang

Rasanya sudah lama sekali sejak terkahir kali merasakan hal ini. Yah, rasa ingin pulang. Belakangan ini kata pergi, pulang dan menemukan rumah baru sangat melekat erat di pikiranku. Entah apa sebabnya, namun jelaslah sudah aku ingin pulang.

Mewarna Bumikan Lestari

I Senja kemarin sore, itu sangat indah Damai sungguh rasanya  hati ini Senja kemarin sore, itu sangatlah indah Kuputuskan semai benih di halaman rumahku II Senja sore itu masih aku kenang Benih mawar yang kusemai masih tetap aku sirami

Cahaya Mataku

Teduh dikau dalam pandangku Sejukkan hati dalam segenggam tawa Besar, kelak kan kauemban amanah hakikat kehidupan Disegala do'a kau lebur di pelupuk mataku Menjelmakan namamu indah dalam munjad Kaulah cahaya mataku Segala pengharapanku kini, kelak akan waris, waras dan serasi padamu Sebab padamu harap ini akan wujud dan pada-Mu segala dido'a Kaulah cahaya hatiku Selalu mengisi baris-baris do'aku Pengingat akan masa yang selalu tunduk pada kuasa-Nya Cahaya mataku, Tidurlah nyenyak, Esok, kita jelang mimpi kita sebelum fajar Esok, kita semai benih damai di ladang hidup kita, ini Esok, kita sirami, pupuk benih damai hidupan ini Cahaya hatiku, Tidurlah lelap Sebab esok kita akan lelap abadi di antara rimbun cahaya mata, cahaya hati; semai kembali damai ini di ladang hidup Cahaya mataku, cahaya hatiku Aku mencintaimu karena Allah Sabarlah dirimu dalam segala calar, cabar dan senantiasalah berdo'a Makassar, 10 Oktober 2014

Hutang-Piutang

melihatmu adanya dirimu, mengingatkanku akan janji yang sempat terlupakan. kembali mengulang hari-hari saat bersamamu dalam benakku, mengingatkanku akan hutang-hutangku dimasa lalu yang belum terlunaskan sampai hari ini.

Mari- Kita berpura-pura

Kalian semua! Mari kita berpura-pura Berpura-pura peduli pada kemanusian Berpura-pura peduli pada kemiskinan Berpura-pura peduli pada kosong perut-lambung anak jalanan

Sajak Harapan

Lama tak aku toreh pena ini Segala rindu memanggil rimba hati ini Sajakan bahasa serentak gementar mengusik bahasa              Seresahan batin di rimbunan rimba              Geliat hidupan dalam tikaian warna

Bahasa

Dalam merenungkan malam Resapan segala semesta dalam suara hati Kias kita menyuratkan bahasa             Pada bahasa ini             Segala rasa kita ruah

Perahu dan Layar Patah

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. apa kabar akhi dan ukhti?semoga kita semua masih sadar kalau setiap embusan nafas kita adalah berkah dari Allah SWT. Beberapa pekan lalu saya mengikuti salah satu kegiatan kepenulisan, disana kami banyak membahas mengenai banyak hal. Mulai dari pemilihan kata, teknik penulisan, motivasi menulis dan salah satu jenis tulisan yang membuat saya merasa tertarik adalah esai. Ketika mendengarkan paparan pemateri mengenai esai seolah pemahaman saya benar-benar mengalami refleksi ulang, selama ini saya menganggap esai adalah jenis tulisan yang benar-benar ilmiah, teoritis dan tanpa unsur sastra sedikitpun. Saya tidak membahas lebih jauh lagi tentang kegiatan saya selama berada disana tapi sekadar menginformasikan saja, toh siapa tahu akhi dan ukhti juga mengira esai adalah tulisan yang murni ilmiah, murni teori tanpa unsur sastra.

Hal Terindah; Harapan

Beberapa hal di dunia ini memang mustahil. Tetapi tidak dalam hal pengharapan. Harapan mungkin adalah hal terindah yang Allah turunkan ke Bumi ini. Harapan membuat segalanya menjadi mungkin. Senyuman, tangis, tawa, duka, cinta dan segala yang ada menjadi sedemikian indah dengan adanya harapan.

Retaknya Bangsaku

Retaknya bangsaku, malangnya bangsaku Retaknya negeriku, malangnya negeriku Retaknya hukumku, malangnya bijakku Retaknya musimku, malangnya tubuhku Retaknya pulauku, malangnya samuderaku Retaknya rimbaku, malangnya sungaiku

Berbahagialah

Anakku.. Surat ini untukmu dari ibumu Anakku, sebagaimana engkau mengetahuinya, seperti itu pula hatiku kala itu dalam kesedihan dan kebimbangan. Tapi anakku, masihkah kauingat akan senja itu? saat dimana aku, kau dan ayahmu duduk bersama dirimbunnya pepohonan halaman belakang rumah kita.

Hakikat Mencari; Makna

Sekalian kita ialah hamba Mengabdilah diri pada Ilah; bagi yang mengenal diri Sepilihan kita ialah musafir Mencari jalan, mencari makna; memakamkan diri guna memakarkan abdi Kepada diri; kita, ada hakikat Masihkah, kita akan lena dan lelap dalam masa; dikenangkan kemudian pupus dan berlalu pergi?

Cinta Trapesium

Bimbang, yah itulah kata pertama yang belakangan kian mantap berkiprah dalam pikiranku terlebih lagi di hatiku. Seandainya bisa, ingin rasanya memisahkan tubuh, ruh dan batin ini, tapi sayangnya itu mustahil. Alhasil, jadilah aku yang harus menjalani cinta trapesium ini; yang rasanya seperti rujak, pangsit dan nasi campur. Kalau makannya pas lagi pengen yah enak, tapi kalau makannya secara beruntun mungkin rasanya akan berbeda lagi, dan kau tahu rasa cinta segi tiga itu seperti mencampurkan ketiganya menjadi satu dan harus terlahap habis saat itu juga, dan kualami adalah cinta trapesuim. Make me so confused .

Tangkai Mawar Merah

saat malam tiba sebahagian kita menatap bintang-gemintang dalam harap tanpa pernah mengerti asal kegelapan disisinya tanpa pernah mengerti asal kelam dari gelapnya malam ketika kelam menyapa dalam sepi sebagian dari jiwa yang tersembunyi kembali berbisik, takut menyerapah kekelaman, sungguh naif sedang belati masih memainkan lagu klasik, menelusuri simfoni

Melamar Kehidupan

I Adakah kau tahu, akan penantian? Wajah atas waktu yang tertinggal, walau sekadar untuk melihatmu? Sekiranya kaupahami akan goresan waktu, ini Maka mungkin, tak sedikit usaha kaucoba meski kadang kuyu diantara malam Kepada engkau yang sedang menunggu tanpa rasa pun tanpa harap, bergegaslah Sebab waktu ini sedang melamar musim yang akan datang

Liebster Award

Liebster award? awalnya saya pikir ini adalah sejenis kompetisi menulis cerpen atau esai, mengingat ada kata awar-award gitu tapi setelah saya di tag oleh kak Kartina , akhirnya saya tahu kalau ternyata ini bukan kompetisi...^_^ dan lagi, menurutku liebster award ini cukup menarik, untuk itu saya ucapkan terima kasih banyak

Kita Dalam Masa

I Tangis kita ini jelmaan harapan Harapan yang tumbuh dalam masa Harapan tulus, ikhlas dan haru Mulanya kita mendengar kemudian melihat Dalam masa Hati kita belajar mengenal harap, nama dan berjumpa rasa

Sastra tong kon tong

           Sungguh, rasanya miris, pahit sekaligus kecut rasanya ketika saya harus memilih kata pertama untuk tulisan ini. Namun nyatanya kata-kata secara perlahan mulai terangkai.           Menyoal kepada sastra. Sebenarnya ini hal ini mungkin sudah mewabah dikalangan penulis muda, iaitu terkait kesejatian dari sastra itu sendiri.

Randu Pasi

Hari itu, masih aku ingat   Kau tak berkata sedikitpun Kau hanya datang berwajah pasi Menitikkan air mata bersama mega yang semilir Daun randu kau titip, bagiku lebih dari cukup

Sebab Aku Kekasihmu

Untukmu kekasihku Maafkanlah Sekiranya dukamu itu adalah karenaku Sebab sejatinya diriku ialah seorang hamba Kekasihku Aku tak bisa menerima kesedihanmu hingga sedemikian rupa Sebab hatimu juga hati ini bukanlah milikku

Seperti Senja Ini

Pernah sekali Kautulis sepucuk surat, untukku Kita terpaku, menatap senja yang sama Menatap senja penuh pengharapan Menatapnya dengan seutas senyuman Yah, dengan sebuah senyuman Sebab kedua mata kita tak dapat melihat

Senja Ufuk Timur

derap langkahmu tak lagi mengalun indah tutur katamu tak pernah indah memanja telinga ribuan langkah kau tapaki dalam hati ribuan kata coba kau ucap dalam ketidak sepahaman   langkahmu kian mengerdil digerus masa mengalir jauh dari kehidupanmu tawamu tak pernah beda dari tangismu mungkin derita lukisan bahagiamu

Biarkan Angin Berbisik

Entah dari sudut mana Aku harus melihat Aku selalu berusaha mengumpulkan serpihan pelajaran hidup   Tak jarang harus Aku susuri jalan yang sama sekali asing Membaca raut wajah setiap insan yang terbujur kaku Tak jarang harus Aku susuri jalan gelap dengan kubangan air dibahu jalan Berusaha memahami sketsa kehidupan dimata takdir  

Senyuman Purnama

Kata semakin membisu diantara kita Tak ada tawa,hanya senyuman yang sesekali merekah Kata semakin membisu diantara kita Tak ada kata mengatar ke tepian malam Kata diantara kita  gigil Menampakkan rasa malu berbalut kejenuhan halus Kata diantara kita gigil Merengkuh rindu terpendam terbungkus senyuman yang malu

Diantara Pasir

Aku keliru menafsirkan kehidupan Selalu kujumpai hitam dan putih Selalu Aku ratapi dari dua sisi   Tak pernah ku jelajah dalam sepadangnya   Aku sama sekali keliru Mengapa mereka begitu gigih Apakah karena mereka terlalu bodoh? Atau hanya Aku satu-satunya manusia bodoh disini?  

Terasing Dalam Sepi

jauh langkah kaki menapak masa sekilas wajah tak kunjung jumpa menanti dalam sepi wajah kekasih   semilir angin malam mendekap rindu menjelma pujangga akan kerinduan bak silauan permata menanti rembulan   sekilas wajah lama dinanti tak kunjung jumpa dinaungan purnama

Senyumku

dibalik senyum kuseka rasa tabirnya samar berumpama keihklasan dibalik senyum terpendam kata cinta tak pernah singkap malau terbuai angin dibalik senyum kusertakan munajadku sayapan harapanku kepada yang Maha memiliki dibalik senyum kusimpan rindu di sudut hatiku

Kupu-kupu Kertas

Riuh angin menghembus sayapan Rinai hujan membasahi rerumputan Menyelah rasa ditepi dedaunan Kemana jalan hendak kau tuju Sayapan harap menjelma dalam kesudahannya   Sejenak hinggap sayapanmu di sisiku Menuturkan asa akan masa yang akan datang Menjadikannya munajat serupa syair Indah kututur dari sudut hati kecilku  

Serunai Bisu

Kelak, jika bertemu Aku akan menjadi yang terbaik bagimu Aku akan memberikan yang terbaik untukmu Kerajaan pasir yang tengah terjajah Serunaiku kini tengah gigil Tenggelam di lautan pasir ini Ia berusaha mencari nyayiannya dahulu Mencari wajah-wajah pembebas nyanyian

Bocah Kecil (Yang Nakal)

tarian boca kecil,si anak ingusan berlari,bersorak di rinai hujan berawan kelam bocah kecil berkaki mungil,si anak kampung terbahak,menghempaskan liuk tetesan hujan di kubangan bocah kecil bertangan legam,si jagoan kecil melawan aliran waktu jingkrak lucunya,mengundang tawa siapa yang memandang

Sastra Mencerahkan

Belum lama ini seorang teman memberikan tanggapannya kepada saya mengenai sastra itu seperti apa, khususnya dalam hal puisi, dan pagi seorang teman bertanya mengenai sastra yang mencerahkan. Meskipun pertanyaannya tersebut tidak secara personal akan tetapi pertanyaan itu membuat saya kembali berfikir apakah tulisan-tulisan yang selama ini kutuliskan sudah mencerahkan atau hanya sebatas mentransformasikan pemikiranku kedalam lembaran kertas? .

Elegi Pagi Ini

Sepagi ini, resah menyapaku Membaca salam pilu yang meresap di dedaunan Syair berganti kabar Syair abad lalu kini berganti barisan-barisan naungan Sajak-sajak kitab-kitab mendera pilu membasuh qalbuku Remuk hatiku, pilu mendengar kabar darimu Sepagi ini, resah menyapaku Mawaskan diri ini sebab masa ku pun kan lalu

Bayangan Malam, Tentang Senja

Ini malam, aku tanggalkan segala harap Sebab harapan ini mungkin ternoda Ini malam, aku tanggalkan segala keluh Sebab keluh ini tidaklah rupakan keresahan tulus Ini malam, aku tanggalkan segala dengan keihklasan Sebab ini malam aku ingin merajut hati

Surat Untumu, Nay

Nay; Aku tahu, cemas mendera hatimu dan terkadang rindu bertanya padamu Bahkan malam seolah mempermainkanmu Tapi, bukankah kita telah yakini akan kemana rindu ini Cemas itu sebenarnya menghampirku jua Rindu pun bertanya kepadaku Bahkan terkadang, aku hanya bisa membisu sepanjang malam

Lembaran Pagi

Ini pagi datang membawa pelajaran Membuka waktu Mencari tempat disisi sejarah Mencoba jabarkan syair syahdu dalam hidup Sembari kita membaca takdir Ilah Menapak waktu dari masa ke masa Lembaran demi lembaran hingga menjadi buku

Ikhlas Berbakti

Kita lahir karena bakti Memijak bumi sejujur bakti Sebab bakti yang jujur ialah pekerti indah Sehidup kita menderma budi Sejujur hati meresapi damai Jangan kita durhaka pun mendera bakti

Rumah impian

pernah suatu hari ada seorang pemuda yang begitu menginkan sebuah rumah yang indah,dan kemanapun ia pergi ia selalu membawa gambar rumah impiannya itu.pemuda itu kemudian berfikir bagaimana mungkn ia bisa tinggal dengan tenang dalam rumah imianna itu jika pondasinya tidak cukup kuat untuk menahan beban dari rumah tersebut,maka ia membangun pondasinya dengan sangat tanpa perlu antuan dari orang lain.

Layar dan Angin

assalamu alaikum wr.wb... apa kabar?semoga kita semua tetap dalam kondisi yang sehat jasmani dan rohani.. belajar mengenai kehidupan ada banyak hal bahkan hampir segala hal yang ada dan tidak ada,nyata dan tidak nyata bisa kita jadikan sebagai pelajaran untuk kita renungkan termasuk percakapan antara LAYAR dan ANGIN seperti berikut ini..

Tak Harus Benci

assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu... catatan kali ini mungkin akan sedikit berbeda dengan catatan saya yang lainnya tapi tetap saja sebagai penulis tetap mengharapkan agar kalian ikhwa dan ukhti sekalian dapat memetik hikmah dari apa yang saya coba bagikan..aamiin..

TEH rasa KOPI

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah Allah SWT kembali memberikan kesempatan kepada saya untuk membuat sebuah catatan kecil. apa kabar akh? apa kabar ukhti? semoga kabarnya baik dan semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan kasih sayang kepada kita semua..aamiin

Sedekah? Tunggu Apa Lagi?

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh... sedekah??kalau kata orang kikir sih "usaha dong biar nggak miskin melulu,ngabisin duit orang saja kerjaannya" (marah-marah mulu padahal nggak sedekah) -_-)... kalau kata bunda dan ayahku "sedekah itu pintu rezeki,jadi kalau mau banyak rezeki yah banyakin sedekahnya"...

pil PAHIT itu rasanya MANIS

assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu.. alhamdulillah akhirnya nemu juga waktu luang yang pas buat nyusun kata-kata sederhana yang insya Allah bermanfaat..aamiin... hmm...pil pahit itu rasanya manis.. o.O ?..hehehe judulnya aneh yah ?tak apalah yang jelas lanjut bacanya dan insya Allah bermanfaat

Terjebak Diksi

"Diksi" penulis mana yang tidak mengetahui arti kata tersebut? Hampir setiap penulis, baik itu pemula atau "senior" benar-benar memperhatikan terkait masalah diksi dalam menulis suatu karya. Namun, menurut saya. Terkait masalah diksi. Beberapa penulis justreru terjebak dan keliru mengenai hal ini. Beberapa penulis menganggap bahwa yang dimaksudkan dengan keragaman diksi adalah penggunaan kosa kata yang sangat jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Beberapa penulis dengan entengnya menggunakan kosa kata yang notabene hanya dapat dipahami oleh kalangan penulis saja, bahkan pada tingkat yang lebih ekstrem lagi, penulis lain pun kesulitan dalam memahami kata tersebut. Camon guys, think again!

Surat Untukmu: Terkasih

Senja tadi kutemukan cinta menggelinding dari sudut matamu Aku bahagia, sebab cinta senja tadi begitu indah Tapi maaf, kasih Malam ini aku putuskan untuk tidak lagi mencintaimu Malam ini aku putuskan untuk tidak lagi mendekap rasa ini Sebab, didalam dadaku adalah hati penuh luka

Maut : Aku Berduka

Maaf, sebab aku adalah maut Maaf, sebab hadir ku jelmakan rintih kamu Maaf, sebab jamahanku ringkihkan suramu dalam duka Seandainya kau tahu Aku maut, terkadang membendung tangis Seandainya kau tahu Aku, Aku maut, tak jarang berkalang duka menahan deras rintihanmu Aku maut, tak jarang menahan hati, menahan ribuan duka

Surat Bayangan

Mungkin tak ada kisah indah yang harus tertulis diantara kita Semalam wajah itu begitu sayu menatapku Dalam keheningan,derap langkahnya menghampiri Senyuman itu berbalut tetesan air mata Suara isak tangis yang meluluhkan Tak ada kata terucap diantara kita Hanya kebisuan hati yang begitu berat Mungkin karena selama ini kita terlalu jauh Atau mungkin selama ini kita terlalu naif

Terasing Bagiku

kemarin Aku melihatmu berjalan ditepi pandanganku dan berlalu begitu saja Aku melihatmu melangkah ditepi mata ini dan kubiarkan begitu saja Kemarin Ku dapati dirimu tengah dibasuh hujan,terjerembat jauh dalam bisikan yang lirih Ku dapati dirimu tengah gulana di naungan kelabu,membelenggu rindu dalam ingatanmu

Namaku Henin

Aku mungkin selalu berjalan dalam naungan sang bayang Tapi bukan berarti hati suram Apakah kalian benar-benar mengenalku? Kalian selalu mencaciku,seolah kalian mahluk suci tanpa dosa Kalian selalu menyerapah kepadaku,seolah keberkahan ada karena kalian Sebenarnya Aku kasihan pada kalian Kalian hanya mengenalku sebagai Henin dan tidak sebagai diriku Namaku memang Henin tetapi kalian tidak mengenalku sama sekali

Mimpi Kita

mimipiku, mimpimu hatiku, hatimu takdirku, takdirmu kita selalu berbeda aku diriku, kau dirimu seutas senyummu kini menjelma indah dalam lamunanku entah kemana kau bawa hati mungkin ianya kau bawa pada rembulan

Cintaku Untuk-Mu

Ya Rabb.. Aku bukanlah orang yang kuat untuk memikul beban tatkala matahari dan rembulan di kanan dan kiriku. Aku belumlah bisa seperti Ali yang meletakkan dunia di tangannya dan bukannya di hatinya. Namun aku ingin sekali meletakkan cintaku untukMu di atas cintaku terhadap makhlukMu. .

Letter 4

Anakku... apa kabarmu? semoga kau baik-baik saja lama aku tak menyambangimu dalam secarik kertas tanganku kini semakin menjauh dari pena bulu ini tinta dalam cawan ini semakin mengering saja