Retaknya bangsaku, malangnya bangsaku
Retaknya negeriku, malangnya negeriku
Retaknya hukumku, malangnya bijakku
Retaknya musimku, malangnya tubuhku
Retaknya pulauku, malangnya samuderaku
Retaknya rimbaku, malangnya sungaiku
Retaknya lautku, malangnya ombakku
Retaknya tanahku, malangnya rakyatku
Retaknya kitabku, malangnya anakku
Retaknya pondasiku, malangnya rumahku
Retaknya dapurku, malangnya isteriku
Retaknya piringku, malangnya lambungku
Retaknya nasibku, malangnya keluargaku
Lantas apa atau siapa sebab datangnya retakan itu?
Apa mungkin aku terlahir dalam keadaan dikejar oleh mungkar?
Apa mungkin aku terlahir bersama dosa-dosa yang telah menungguku?
Apa mungkin aku terlahir bersama utang-piutang nabi Adam?
Apa mungkin aku terlahir sebab bangsa ini menantiku dahulu sebelum ia retak?
Atau mungkin, atau jangan-jangan,-
Ah, sudahlah, lambungku ini semakin panas saja
Aku ingin mencari sesuap nasi
Semua tanya ini, aku wariskan untukmu saja
Makassar, 1 September 2014
Retaknya negeriku, malangnya negeriku
Retaknya hukumku, malangnya bijakku
Retaknya musimku, malangnya tubuhku
Retaknya pulauku, malangnya samuderaku
Retaknya rimbaku, malangnya sungaiku
Retaknya lautku, malangnya ombakku
Retaknya tanahku, malangnya rakyatku
Retaknya kitabku, malangnya anakku
Retaknya pondasiku, malangnya rumahku
Retaknya dapurku, malangnya isteriku
Retaknya piringku, malangnya lambungku
Retaknya nasibku, malangnya keluargaku
Lantas apa atau siapa sebab datangnya retakan itu?
Apa mungkin aku terlahir dalam keadaan dikejar oleh mungkar?
Apa mungkin aku terlahir bersama dosa-dosa yang telah menungguku?
Apa mungkin aku terlahir bersama utang-piutang nabi Adam?
Apa mungkin aku terlahir sebab bangsa ini menantiku dahulu sebelum ia retak?
Atau mungkin, atau jangan-jangan,-
Ah, sudahlah, lambungku ini semakin panas saja
Aku ingin mencari sesuap nasi
Semua tanya ini, aku wariskan untukmu saja
Makassar, 1 September 2014
Komentar
Posting Komentar