Langsung ke konten utama

Surat; Menemukan Kalimat Terindah


 

 Bismillahirrahmanirrahiim.

Ada begitu banyak tanya menggelayut dibenakku. Ya, kebanyakan tentang takdir.

Konsep mengenai takdir sebenarnya tak ada; "semua peristiwa adalah apa adanya, dengan korelasi aksi-reaksi" juga kerap datang menyapa imaji.

Akan tetapi, kembali berubah setelah mlihat dari kejauhan, melihat lebih dari "peristiwa". Ya, saat mencoba melihat segalanya melebihi peristiwa itu sendiri, semisal bagaimana malam bertemu kepada siang, dan siang yang bertemu dengan malam, juga batasan batasan pada tiap-tiap dimensi hal, tentu segala sesuatunya akan bermuara pada "Tuhanlah sang Maha pengatur". Sudah pasti Allah telah merancang segala sesuatu dengan termat hebat. Ingat soal sosok diri ini, yang begitu sombong, dan merasa lebih dari ciptaan lainnya? Allah menciptkannya dalam "inkubator" kecil penuh kasih sayang. Maksudku "Hei, semesta jauh lebih besar dari itu", juga ciptaan lainnya juga tak kalah hebat, ingat ikan yang tak perlu belajar berenang? juga rusa yang bisa berlari dengan baik empat hari setelah kelahiran? atau rayap yang sudah menjadi arsitek sebelum mereka menetas?


Kembali soal takdir, usai berkubang dengan sekian banyak konsep dalam imaji, juga banyak bertanya pada beberapa orang yang menurutku ahli pada bidang tersebut, saya akhirnya berkesimpulan "takdir lebih dari sebuah peristiwa". Tentang bagaimana kita benar-benar memiliki amat sedikit pengetahuan dalam pelbagai hal tentang takdir.

Takdir adalah surat

Koreksi saja jika saya salah dalam hal ini. ^_^

Ya, bagiku takdir adalah surat cinta dari Allah. Apapun bentuk ketetapanNya, takdir akan selalu berakhir sebagai surat cinta dari yang Terkasih.

Ingat Freddie? pelantun we are the champion. Kehidupannya begitu gemerlap, dan penuh penderitaan sekaligus, masa kecilnya diwarnai pelecehan seksual, masa remaja dengan banyak masalah, saat usi dewasa meraih popularitas, serangkaian pencapaian terbaik dalam industri musik, juga sisi kelamnya dalam kehidupan malam, dan ditutup dengan mengidap HIV. Dimana letak surat cintanya? secara keseluruhan hidupnya adalah surat, dan kalimat terindahnya mungkin ada pada pertemuannya dengan sosok Mary Austin.

Surat untuk Ir.Soekarno dengan kalimat terindahnya adalah Naoko nemoto, yang membuatnya ingin dimakamkan dalam satu liang lahat. Juga R.Kd.Suriawinata dengan bait terindahnya Dewi sartika; menolak pinangan pangeran dengan tersenyum sembari berkata "saya siap menjadi ibu dari anak-anak kang Agah, dan bagiku merawat piatu adalah ibadah".

Ya, sosok kalimat terindah akan selalu hadir dalam hidup ini, dan mungkin kita sendiri adalah kalimat indah dalam surat orang lain yang entah siapa. Boleh jadi kita telah menjadi kalimat indah meski hanya bertemu dalam satu bait yang sama. Mungkin juga kita menjadi kalimat indah, sambil membaca sisa surat bersama, sembari mencocokkan beberapa bait dalam surat kita masing-masing.

Jika saja surat itu dapat terbaca oleh orang lain, betapa tersipu malunya kita saat bertemu dengan kalimat terindah itu, terlebih jika kita mengetahui betapa berlikunya kata-kata yang ada saat bersama, dan pada akhirnya kita menghabiskan senja bersama, sembari menikmati rambut yang kian memutih, dan mencoba menerka soal surat dari orang-orang terkasih.

Bahkan dalam gelap

Sampai saat ini kita tak pernah mengetahui kalimat kalimat selanjutnya, dan sebagian besar kalimat yang telah kita baca pun telah terseka dalam kenang.

Ingat saat kita merasa Tuhan memberikan surat yang salah? atau saat melihat pencapaian orang lain, berimaji "seandainya itu adalah kalimat untukku". 

-Ketidak tahuan, dan ketidak syukuran adalah sisi gelap manusia

Apakah Tuhan marah; lalu menghapus kalimat indah karena sisi gelap ini? Tentu tidak. Tuhan mungkin akan tersenyum tipis dengan tingkah laku hambaNya.

Ingat saat beberapa manusia dengan penuh ego mencoba menantang Tuhan dan berkata "aku bisa menulis suratku, sendiri".

Apakah Tuhan meninggalkan? Tentu tidak

Bahkan saat kita merasa "kalimat ini tak seharusnya untukku", "aku ingin kalimat seperti ini", atau dengan "Tuhan kau dimana? mengapa kalimatku seperti ini?" hingga pada sisi tergelap pun Tuhan akan selalu ada, dan meberikan  kalimat indah lainnya "QS.Al baqarah ayat 186" ^_^

Sejauh ini ketidak tahuan sering membawa kita pada ketidak syukuran, tapi toh Tuhan maha adil dan menjadikan kita sebagai hamba pembelajaran, hingga akhirnya mampu membaca kalimat demi kalimat dengan lebih tenang, dengan lebih sadar, dan tentunya lebih bersyukur. Hingga saat kita tiba pada bait "rambut memutih" aku juga dirimu mulai lebih membanyakkan syukur atas setiap kalimat yang telah kita baca. Hingga saat kita menyadari "surat ini indah" dan tersenyum, atau sembari tersenyum kembali menanti  dengan sabar kalimat-kalimat terindah hadir.

Manusia akan selalu berproses pada ketidak tahuan menjadi tahu, dan ketidak syukuran menjadi merasa diberkahi. Meski pada akhirnya kita harus menyadari tidak semua surat ini panjang, yakini saja "selalu ada kalimat indah dalam surat ini, dan ini adalah surat cinta dari Tuhan"

dan Hei, untukmu yang sudah meluangkan membaca tulisan ini, ingatkan saja diriku saat mulai memperlihatkan gelagat bodoh, dan tidak bersyukur. Tulisan ini selalu untukmu "Kalimat Terindah"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan

Ditiap-tiap kehidupan, kita banyak menempuh jarak Entah itu jarak dari langkah ke langkah Jarak nafas ke nafas Jarak waktu ke waktu atau jarak rindu ke rindu Ditiap-tiap kehidupan, kita banyak menjejaki janji Entah itu janji dari batas ke batas Janji temu ke temu Janji benam ke benam matahari atau janji dari harap ke harap Dalam banyak perjalanan, kita banyak terhenti Entah itu henti lelah ke lelah Henti payah ke payah Henti luka ke luka atau henti dari sejenak ke selamanya Bukan karena tak lagi ingin; Hanya saja jarak, janji, dan perhentian tak selalu serindu, seharap, dan sekekal waktu Makassar, 11 Maret 2019

Efek Root "SEXY Killer"

Bismillah. Tak akan berpanjang lebar. Viral banget, ya? Jelas viral Film semi dokumenter ini menjadi bahasan jagad sosial media, kaum milenial khususnya. Tanggapanku soal film ini bagaimana? Untuk pengambilan gambar cukup bagus, sound qualitynya juga lumayanlah, untuk permainan narasinya juga bisalah mendapatkan nilai 6 untuk skala 1 sampai 10. Tetapi tidak secara data. Sudah jelas, segala sesuatu memiliki tujuan. Untuk seorang milenial atau pemilih tetap usia muda, tentunya film ini akan menjadi primadona dalam khazanah berfikir, karena seolah "meembuka mata dan membongkar fakta". Data adalah fakta, dan fakta adalah data. Data, dan fakta adalah sesuatu yang bersifat majemuk, saling terkait satu dan lainnya. Data akan selalu menyajikan kebenaran, dan kebenaran akan selalu menjadi bagian dari data. lantas dimana letak kesalahan dari Film ini? Dibandingkan menyebutnya sebagai karya yang gagal, saya mungkin akan menyebutnya sebagai pewajahan yang gagal.