Langsung ke konten utama

Sastra Mencerahkan

Belum lama ini seorang teman memberikan tanggapannya kepada saya mengenai sastra itu seperti apa, khususnya dalam hal puisi, dan pagi seorang teman bertanya mengenai sastra yang mencerahkan. Meskipun pertanyaannya tersebut tidak secara personal akan tetapi pertanyaan itu membuat saya kembali berfikir apakah tulisan-tulisan yang selama ini kutuliskan sudah mencerahkan atau hanya sebatas mentransformasikan pemikiranku kedalam lembaran kertas? .


Merupakan hal yang sangat dilematis memang ketika kita sebagai penulis masih saja terjebak dengan hal-hal yang sifatnya untuk mencari kesenangan belaka. Semisal menulis untuk mencurahkan isi hati, dalam hal ini secara teknis sebarnya tidak salah hanya saja ketika kita merujuk pada "sastra yang mencerahkan" , mencurahkan isi hati menurut saya pribadi tidak lebih dari "memamerkan" luka hati penulis itu sendiri. Mungkin beberapa orang akan "menjual" nama kahlil Gibran yang menjadi terkenal karena curahan-curahan hatinya melalui tulisan, sekali lagi saya sampaikan secara teknis hal ini sama sekali tidak salah, akan tetapi apakah karya-karya dari seorang Kahlil Gibran sudah mencerahkan? hal ini perlu dipertanyakan kembali. Di Indonesia sendiri sastarwan yang bertujuan untuk menyokong sastra mencerahkan ini sebenarnya sudah ada, sebut saja Taufiq Ismail, Amin Sweeney, Sastri Sunarti Sweeney, Jamal D. Rachman dan beberapa sastrawan lainnya.


Hemat saya, sastra mencerahkan adalah tulisan-tulisan yang sekiranya kita menuliskannya denga hati ikhlas, kata santun dan sarat makna untuk memperluas pandangan (hakikatnya cahaya adalah memperluas pandangan) sehingga pembaca melalui tulisan kita, mampu membedakan antara yang batil dan haq. Meskipun nyatanya sangat disayangkan mengingat tulisan-tulisan kebanyakan saat ini masih didominasi oleh "tulisan kosong", kita sebagai pembaca atau penulis tetap harus optimis untuk turut andil dalam membesarkan sastra mencerahkan ini.


Barangsiapa yg menunjukkan pada kebaikan, maka dia mendapatkan seperti pahala pelakunya, atau orang yg mengerjakannya'. Abu Isa berkata; 'Ini hadits hasan shahih, & nama Abu Amru asy Syaibani adl Sa'ad bin 'Iyas, sedangkan nama Abu Mas'ud al Badri adl Uqbah bin Amru. Telah menceritakan kepada kami al Hasan bin Ali al Khallal telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari al A'masy dari Abu Amru asy Syaibani dari Abu Mas'ud dari Nabi semisalnya, seraya berkata, Seperti pahala pelakunya. Dan dia tak ragu sama sekali padanya.

wallahu'alam bissawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan

Ditiap-tiap kehidupan, kita banyak menempuh jarak Entah itu jarak dari langkah ke langkah Jarak nafas ke nafas Jarak waktu ke waktu atau jarak rindu ke rindu Ditiap-tiap kehidupan, kita banyak menjejaki janji Entah itu janji dari batas ke batas Janji temu ke temu Janji benam ke benam matahari atau janji dari harap ke harap Dalam banyak perjalanan, kita banyak terhenti Entah itu henti lelah ke lelah Henti payah ke payah Henti luka ke luka atau henti dari sejenak ke selamanya Bukan karena tak lagi ingin; Hanya saja jarak, janji, dan perhentian tak selalu serindu, seharap, dan sekekal waktu Makassar, 11 Maret 2019

Surat; Menemukan Kalimat Terindah

   Bismillahirrahmanirrahiim. Ada begitu banyak tanya menggelayut dibenakku. Ya, kebanyakan tentang takdir. Konsep mengenai takdir sebenarnya tak ada; "semua peristiwa adalah apa adanya, dengan korelasi aksi-reaksi" juga kerap datang menyapa imaji.

Suatu Ketika

Pada suatu ketika, akan tiba masanya I Pada suatu ketika kita berjumpa, akan tiba masanya perpisahan II Pada suatu ketika kita saling merindu, akan tiba masanya kita saling mengenang III Pada suatu ketika kita saling memberi arti, akan tiba masanya kita dalam hilang IIII Pada suatu ketika segala sesuatunya bisa terjadi, akan tiba masanya mencari dalam ingatan menjadi sukar IIIII Pada suatu ketika kita telah hilang, temukanlah kita dalam ingatan masing-masing VI Ya, pada suatu ketika; saat ini, akan tiba masanya; yang tak jauh dari hari ini Makassar, 12 Maret 2019