Langsung ke konten utama

Mewarna Bumikan Lestari

I
Senja kemarin sore, itu sangat indah
Damai sungguh rasanya  hati ini

Senja kemarin sore, itu sangatlah indah
Kuputuskan semai benih di halaman rumahku

II
Senja sore itu masih aku kenang
Benih mawar yang kusemai masih tetap aku sirami


III
Senja demi senja selalu berlalu
Hatiku mulai bimbang kemudian

Siraman demi siraman silih berganti
Hatiku mulai tumbuh rasa khawatir

IV
Senja demi senja masih berlalu
Di tamanku tak satu pun mawar yang tumbuh

"Taman senjaku" itu ditumbuhi oleh hijau semak belukar, oleh hijau rerumputan

V
Setahun berlalu kemudian
Aku kembali semai mawar di taman senja,
Tetapi kemudian tumbuh pephonan rindang;
Tempat burung-burung menanggalkan lelah,
Tempat kunang-kunang melepaskan rindu pada pinus

VI
Usiaku kini tak muda lagi
Taman senja penuh mawar tak kunjung datang
Tetapi sungguh, selepas senja sore itu
Kesyukuranku selalu hadir di wajah rembulan yang tersipu malu;
Mendengarkan jangkrik-jangkrik tengah berbisik mesra
Menikmati udara bersih bersama pelita kecilku
dengan sebatang kayu manis dan buah pinus yang aku jadikan serbuk dupa, mungkin inilah taman hidupku


Makassar, 14 Oktober 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan

Ditiap-tiap kehidupan, kita banyak menempuh jarak Entah itu jarak dari langkah ke langkah Jarak nafas ke nafas Jarak waktu ke waktu atau jarak rindu ke rindu Ditiap-tiap kehidupan, kita banyak menjejaki janji Entah itu janji dari batas ke batas Janji temu ke temu Janji benam ke benam matahari atau janji dari harap ke harap Dalam banyak perjalanan, kita banyak terhenti Entah itu henti lelah ke lelah Henti payah ke payah Henti luka ke luka atau henti dari sejenak ke selamanya Bukan karena tak lagi ingin; Hanya saja jarak, janji, dan perhentian tak selalu serindu, seharap, dan sekekal waktu Makassar, 11 Maret 2019

Efek Root "SEXY Killer"

Bismillah. Tak akan berpanjang lebar. Viral banget, ya? Jelas viral Film semi dokumenter ini menjadi bahasan jagad sosial media, kaum milenial khususnya. Tanggapanku soal film ini bagaimana? Untuk pengambilan gambar cukup bagus, sound qualitynya juga lumayanlah, untuk permainan narasinya juga bisalah mendapatkan nilai 6 untuk skala 1 sampai 10. Tetapi tidak secara data. Sudah jelas, segala sesuatu memiliki tujuan. Untuk seorang milenial atau pemilih tetap usia muda, tentunya film ini akan menjadi primadona dalam khazanah berfikir, karena seolah "meembuka mata dan membongkar fakta". Data adalah fakta, dan fakta adalah data. Data, dan fakta adalah sesuatu yang bersifat majemuk, saling terkait satu dan lainnya. Data akan selalu menyajikan kebenaran, dan kebenaran akan selalu menjadi bagian dari data. lantas dimana letak kesalahan dari Film ini? Dibandingkan menyebutnya sebagai karya yang gagal, saya mungkin akan menyebutnya sebagai pewajahan yang gagal.

Surat; Menemukan Kalimat Terindah

   Bismillahirrahmanirrahiim. Ada begitu banyak tanya menggelayut dibenakku. Ya, kebanyakan tentang takdir. Konsep mengenai takdir sebenarnya tak ada; "semua peristiwa adalah apa adanya, dengan korelasi aksi-reaksi" juga kerap datang menyapa imaji.