Langsung ke konten utama

Mencari Jalan Pulang

Rasanya sudah lama sekali sejak terkahir kali merasakan hal ini. Yah, rasa ingin pulang.
Belakangan ini kata pergi, pulang dan menemukan rumah baru sangat melekat erat di pikiranku. Entah apa sebabnya, namun jelaslah sudah aku ingin pulang.

 Saat dimana langkah kakiku tertahan oleh hujan, saat dimana detak jantung berpacu buncah dalam cemas, saat segala sesuatunya nampak temaram dipandanganku, kata pulang datang menjamah. Bukan sekadar menjamah , tetapi ia datang mendekapku.

Sungguh indah rasanya melihat setiap pribadi yang pulang dan membuka pintu rumah yang mungkin sudah lama ditinggalkannya. Sungguh damai rasanya ketika melihat orang-orang bergembira dalam suara gelak tawa dan canda yang mengharu biru; ketika mereka menemukan rumahnya kembali.

Entah kapan hari itu akan menghampiriku tak ada hal apapun yang bisa kujadikan alasan untuk menerka. Jelas sudah, langkahku masih tertahan oleh hujan setahun yang lalu, jantung ini mungkin tak lagi berpacu dalam mengadu irama detakannya. Tapi tetap saja cemas ini masih selalu ada dan juga rindu ini masih selalu setia mencari jalan pulang.


Makassar, 18 Oktober 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan

Ditiap-tiap kehidupan, kita banyak menempuh jarak Entah itu jarak dari langkah ke langkah Jarak nafas ke nafas Jarak waktu ke waktu atau jarak rindu ke rindu Ditiap-tiap kehidupan, kita banyak menjejaki janji Entah itu janji dari batas ke batas Janji temu ke temu Janji benam ke benam matahari atau janji dari harap ke harap Dalam banyak perjalanan, kita banyak terhenti Entah itu henti lelah ke lelah Henti payah ke payah Henti luka ke luka atau henti dari sejenak ke selamanya Bukan karena tak lagi ingin; Hanya saja jarak, janji, dan perhentian tak selalu serindu, seharap, dan sekekal waktu Makassar, 11 Maret 2019

Efek Root "SEXY Killer"

Bismillah. Tak akan berpanjang lebar. Viral banget, ya? Jelas viral Film semi dokumenter ini menjadi bahasan jagad sosial media, kaum milenial khususnya. Tanggapanku soal film ini bagaimana? Untuk pengambilan gambar cukup bagus, sound qualitynya juga lumayanlah, untuk permainan narasinya juga bisalah mendapatkan nilai 6 untuk skala 1 sampai 10. Tetapi tidak secara data. Sudah jelas, segala sesuatu memiliki tujuan. Untuk seorang milenial atau pemilih tetap usia muda, tentunya film ini akan menjadi primadona dalam khazanah berfikir, karena seolah "meembuka mata dan membongkar fakta". Data adalah fakta, dan fakta adalah data. Data, dan fakta adalah sesuatu yang bersifat majemuk, saling terkait satu dan lainnya. Data akan selalu menyajikan kebenaran, dan kebenaran akan selalu menjadi bagian dari data. lantas dimana letak kesalahan dari Film ini? Dibandingkan menyebutnya sebagai karya yang gagal, saya mungkin akan menyebutnya sebagai pewajahan yang gagal.

Surat; Menemukan Kalimat Terindah

   Bismillahirrahmanirrahiim. Ada begitu banyak tanya menggelayut dibenakku. Ya, kebanyakan tentang takdir. Konsep mengenai takdir sebenarnya tak ada; "semua peristiwa adalah apa adanya, dengan korelasi aksi-reaksi" juga kerap datang menyapa imaji.