Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Sebab Aku Kekasihmu

Untukmu kekasihku Maafkanlah Sekiranya dukamu itu adalah karenaku Sebab sejatinya diriku ialah seorang hamba Kekasihku Aku tak bisa menerima kesedihanmu hingga sedemikian rupa Sebab hatimu juga hati ini bukanlah milikku

Seperti Senja Ini

Pernah sekali Kautulis sepucuk surat, untukku Kita terpaku, menatap senja yang sama Menatap senja penuh pengharapan Menatapnya dengan seutas senyuman Yah, dengan sebuah senyuman Sebab kedua mata kita tak dapat melihat

Senja Ufuk Timur

derap langkahmu tak lagi mengalun indah tutur katamu tak pernah indah memanja telinga ribuan langkah kau tapaki dalam hati ribuan kata coba kau ucap dalam ketidak sepahaman   langkahmu kian mengerdil digerus masa mengalir jauh dari kehidupanmu tawamu tak pernah beda dari tangismu mungkin derita lukisan bahagiamu

Biarkan Angin Berbisik

Entah dari sudut mana Aku harus melihat Aku selalu berusaha mengumpulkan serpihan pelajaran hidup   Tak jarang harus Aku susuri jalan yang sama sekali asing Membaca raut wajah setiap insan yang terbujur kaku Tak jarang harus Aku susuri jalan gelap dengan kubangan air dibahu jalan Berusaha memahami sketsa kehidupan dimata takdir  

Senyuman Purnama

Kata semakin membisu diantara kita Tak ada tawa,hanya senyuman yang sesekali merekah Kata semakin membisu diantara kita Tak ada kata mengatar ke tepian malam Kata diantara kita  gigil Menampakkan rasa malu berbalut kejenuhan halus Kata diantara kita gigil Merengkuh rindu terpendam terbungkus senyuman yang malu

Diantara Pasir

Aku keliru menafsirkan kehidupan Selalu kujumpai hitam dan putih Selalu Aku ratapi dari dua sisi   Tak pernah ku jelajah dalam sepadangnya   Aku sama sekali keliru Mengapa mereka begitu gigih Apakah karena mereka terlalu bodoh? Atau hanya Aku satu-satunya manusia bodoh disini?  

Terasing Dalam Sepi

jauh langkah kaki menapak masa sekilas wajah tak kunjung jumpa menanti dalam sepi wajah kekasih   semilir angin malam mendekap rindu menjelma pujangga akan kerinduan bak silauan permata menanti rembulan   sekilas wajah lama dinanti tak kunjung jumpa dinaungan purnama

Senyumku

dibalik senyum kuseka rasa tabirnya samar berumpama keihklasan dibalik senyum terpendam kata cinta tak pernah singkap malau terbuai angin dibalik senyum kusertakan munajadku sayapan harapanku kepada yang Maha memiliki dibalik senyum kusimpan rindu di sudut hatiku

Kupu-kupu Kertas

Riuh angin menghembus sayapan Rinai hujan membasahi rerumputan Menyelah rasa ditepi dedaunan Kemana jalan hendak kau tuju Sayapan harap menjelma dalam kesudahannya   Sejenak hinggap sayapanmu di sisiku Menuturkan asa akan masa yang akan datang Menjadikannya munajat serupa syair Indah kututur dari sudut hati kecilku  

Serunai Bisu

Kelak, jika bertemu Aku akan menjadi yang terbaik bagimu Aku akan memberikan yang terbaik untukmu Kerajaan pasir yang tengah terjajah Serunaiku kini tengah gigil Tenggelam di lautan pasir ini Ia berusaha mencari nyayiannya dahulu Mencari wajah-wajah pembebas nyanyian

Bocah Kecil (Yang Nakal)

tarian boca kecil,si anak ingusan berlari,bersorak di rinai hujan berawan kelam bocah kecil berkaki mungil,si anak kampung terbahak,menghempaskan liuk tetesan hujan di kubangan bocah kecil bertangan legam,si jagoan kecil melawan aliran waktu jingkrak lucunya,mengundang tawa siapa yang memandang

Sastra Mencerahkan

Belum lama ini seorang teman memberikan tanggapannya kepada saya mengenai sastra itu seperti apa, khususnya dalam hal puisi, dan pagi seorang teman bertanya mengenai sastra yang mencerahkan. Meskipun pertanyaannya tersebut tidak secara personal akan tetapi pertanyaan itu membuat saya kembali berfikir apakah tulisan-tulisan yang selama ini kutuliskan sudah mencerahkan atau hanya sebatas mentransformasikan pemikiranku kedalam lembaran kertas? .

Elegi Pagi Ini

Sepagi ini, resah menyapaku Membaca salam pilu yang meresap di dedaunan Syair berganti kabar Syair abad lalu kini berganti barisan-barisan naungan Sajak-sajak kitab-kitab mendera pilu membasuh qalbuku Remuk hatiku, pilu mendengar kabar darimu Sepagi ini, resah menyapaku Mawaskan diri ini sebab masa ku pun kan lalu

Bayangan Malam, Tentang Senja

Ini malam, aku tanggalkan segala harap Sebab harapan ini mungkin ternoda Ini malam, aku tanggalkan segala keluh Sebab keluh ini tidaklah rupakan keresahan tulus Ini malam, aku tanggalkan segala dengan keihklasan Sebab ini malam aku ingin merajut hati