nyalanya sesekelai redup dalam tiupan angin malam
cahayanya terkadang pendar dalam keheningan malam
dan terkadang temaram direngkuh embun pagi
tak jarang siluet bayangnya terlihat menari dibatas malam
bayangan yang tak berwajah namun mencoba untuk tersenyum
dalam tangis yang kian ringkih seolah tak ingin mengucap pedihnya
dalam lukanya yang tak jarang toreh dalam batinnya yang kian rentah
di naungan malam yang seolah panjang namun selalu pergi dengan malu-malu
sesekali nampak ia temaram dalam nyalanya menarikan bayang
namun bukan siluet bayang yang mendurhakakan hati dalam tubuh
tapi adalah nyalanya yang terkadang temaram dalam rengkuhnya embun pagi dibatas malam
tak ada yang tahu masikah ia nampak nyala di batas mentari dalam nyalanya
yang ku tahu adalah ia akan selalu bersenandung lara dalam tangisan malam yang kian ringkih dalam bayangnya
dan terkadang temaram direngkuh embun pagi
tak jarang siluet bayangnya terlihat menari dibatas malam
bayangan yang tak berwajah namun mencoba untuk tersenyum
dalam tangis yang kian ringkih seolah tak ingin mengucap pedihnya
dalam lukanya yang tak jarang toreh dalam batinnya yang kian rentah
di naungan malam yang seolah panjang namun selalu pergi dengan malu-malu
sesekali nampak ia temaram dalam nyalanya menarikan bayang
namun bukan siluet bayang yang mendurhakakan hati dalam tubuh
tapi adalah nyalanya yang terkadang temaram dalam rengkuhnya embun pagi dibatas malam
tak ada yang tahu masikah ia nampak nyala di batas mentari dalam nyalanya
yang ku tahu adalah ia akan selalu bersenandung lara dalam tangisan malam yang kian ringkih dalam bayangnya
Komentar
Posting Komentar