Langsung ke konten utama

Monumen Hidup

Kematian adalah sebuah keniscayaan dan tangislah lagu pengiringnya. Hidup tidak mesti melulu menyoalkan mencari rezeki dan melepaskan dahaga, juga lapar. Kita tak harus selalu melaju dengan begitu lesat dalam lintasan. Ada masa dimana kita harus berhenti sejenak dan mulai belajar untuk tertaih bersama langkah.

Manusia sebagai monumen kehidupan merupakan metamofosis dari keberagaman laju langkah kita. Selalu ada masa untuk setiap hal-hal yang tidak menghasilkan tetapi memiliki esensi padat nilai. Semisal memerhatikan langkah kaki atau menakar seberapa bungkuk punggung kita hari ini; sudah seberapa dekat pandangan kita dengan tanah yang dipijak.

Sumber: El Sonrisa

Sejatinya, kehidupan kita adalah sebuah perjalanan tetapi tidak melulu kita harus berjalan dengan laju. Beristirahat adalah pilihan yang bijak saat lelah, sejenak memberhentikan langkah melihat sekitar, menakar setiap ingatan dan mendekap nafas kita dengan benar. Sebab bukan satu hal mustahil, jika poros kita tak lagi jati, boleh jadi beberapa langkah lurus kita memang ia, tetapi lintasanlah yang melengkung.

Kita adalah monumen hidup, perjalanan kita mampu bercerita tentang realita-trealita semu masa kini dan tangisanlah yang menjadi hakim atas kebenaran kesaksian nafas ini. Semakin dalam jerit tangis sedih, maka semakin pula benar langkah-langkah yang selama ini kita tapak. Sedang semakin bingar tangsi dan gelak tawa, maka semakin pula kita telah menjadi monumen yang hidup dalam realita semu.


Enrekang, 17 Februari 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan

Ditiap-tiap kehidupan, kita banyak menempuh jarak Entah itu jarak dari langkah ke langkah Jarak nafas ke nafas Jarak waktu ke waktu atau jarak rindu ke rindu Ditiap-tiap kehidupan, kita banyak menjejaki janji Entah itu janji dari batas ke batas Janji temu ke temu Janji benam ke benam matahari atau janji dari harap ke harap Dalam banyak perjalanan, kita banyak terhenti Entah itu henti lelah ke lelah Henti payah ke payah Henti luka ke luka atau henti dari sejenak ke selamanya Bukan karena tak lagi ingin; Hanya saja jarak, janji, dan perhentian tak selalu serindu, seharap, dan sekekal waktu Makassar, 11 Maret 2019

Efek Root "SEXY Killer"

Bismillah. Tak akan berpanjang lebar. Viral banget, ya? Jelas viral Film semi dokumenter ini menjadi bahasan jagad sosial media, kaum milenial khususnya. Tanggapanku soal film ini bagaimana? Untuk pengambilan gambar cukup bagus, sound qualitynya juga lumayanlah, untuk permainan narasinya juga bisalah mendapatkan nilai 6 untuk skala 1 sampai 10. Tetapi tidak secara data. Sudah jelas, segala sesuatu memiliki tujuan. Untuk seorang milenial atau pemilih tetap usia muda, tentunya film ini akan menjadi primadona dalam khazanah berfikir, karena seolah "meembuka mata dan membongkar fakta". Data adalah fakta, dan fakta adalah data. Data, dan fakta adalah sesuatu yang bersifat majemuk, saling terkait satu dan lainnya. Data akan selalu menyajikan kebenaran, dan kebenaran akan selalu menjadi bagian dari data. lantas dimana letak kesalahan dari Film ini? Dibandingkan menyebutnya sebagai karya yang gagal, saya mungkin akan menyebutnya sebagai pewajahan yang gagal.

Surat; Menemukan Kalimat Terindah

   Bismillahirrahmanirrahiim. Ada begitu banyak tanya menggelayut dibenakku. Ya, kebanyakan tentang takdir. Konsep mengenai takdir sebenarnya tak ada; "semua peristiwa adalah apa adanya, dengan korelasi aksi-reaksi" juga kerap datang menyapa imaji.