Wajah, dimana wajah itu? Kemana wajah itu?
Rumahku, kemanakah wajahmu? Rumahku, kemanakah wajahmu?
Ya. Ini adalah kisah tentang rumahku yang tak lagi memiliki mata, hidung, lidah, mulut, telinga dan segalanya. Kecuali kekosongan!
Ini adalah kisah dari rumahku yang dahulu memiliki mata teramat tajam. Nanar menatap angkara, murka akan durja dan tiada gentar akan gelegar.
Ini adalah kisah dari rumahkuyang dahulu memiliki lidah tiada patah. Tajamnya membelah zaman, dalam kata dia mengubah sejarah dan dengan diamnya dia merajam durja.
Wajah, dimana wajah itu? Kemana wajah itu?
Rumahku, kemanakah wajahmu?
Tidakkah kau muak dengan sekumpulan jahanam itu?
Mereka membajaki jengkal demi jengkal wajahmu!
Mereka mencabuti binar dari matamu, menghabisi nanar dari tatapmu!
Mereka mengunting embusan demi embusan dari napasmu!
Mereka memenggal tapak demi tapak dari lidahmu!
sumber gambar: deviantartMereka menyumpal suara demi suara dari telingamu!
dan mereka mencabut tajam demi tajam dari taringmu!
Rumahku, kemanakah wajahmu?
Semakin lama wajahmu hilang, semakin mereka merajam namamu seolah merekalah wajahmu.
Semakin lama wajahmu hilang, semakin mereka berdendang seolah lengang mata ini menatapmu.
Semakin lama wajahmu hilang, semakin mereka bersyair seolah cibirnya adalah syiarmu.
Semakin lama wajahmu hilang, semakin wajahmu jauh pergi.
Rumahku, kemanakah wajahmu
Jengkal demi jengkal mereka menguliti rupa jelitamu
Binar demi binar mereka membutakan matamu
Embusan demi embusan mereka memutus napasmu
Kata demi kata mereka membisukanmu
Suara demi suara mereka menulikanmu
dan tajam demi tajam mereka mengoyak wajahmu
Rumahku, kemanakah wajahmu?
Makassar, 5 Maret 2016
Komentar
Posting Komentar